Terbatasnya anggaran penelitian di Indonesia membuat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tidak bisa rutin menggelar penelitian perairan. "Seharusnya setahun sekali," kata Dirham Syah, peneliti senior sekaligus Pelaksana Harian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, saat melepas tim peneliti di Pelabuhan Nizam Zaman, Muara Baru, Jakarta Utara, Senin 3 Juni 2013.
LIPI melalui Pusat Penelitian Oseanografi menjalankan misi yang dinamakan Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) dengan tujuan melihat keanekaragaman hayati, ekosistem, geologi, sampai dampak sosial dari perairan di daerah tertentu. Misi pertama mereka berlangsung di Rajaampat, Papua Barat, 2007. EWIN 2013 yang berlangsung di Selat Makassar merupakan misi ke tiga. Sebelumnya, mereka meneliti perairan Natuna.
Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan penelitian di tengah laut tersebut membutuhkan hingga Rp 130 juta per hari. "Ketika ada kebijakan penghematan anggaran pemerintah, maka ekspedisi tidak bisa dilaksanakan," katanya.
Ekspedisi EWIN 2013 yang rencananya berlangsung 3 sampai 22 Juni 2013 merupakan kerja sama LIPI dengan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan IOC Sub-Commission for the Western Pasific (WESTPAC). Ekspedisi selama 20 hari ini melibatkan 16 orang dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dua dari Korea Institute of Ocean Science and Technology, Korea Selatan, dan dua dari Lab of Marine Chemistry and Environmental Monitoring Technology, Cina.
www.tempo.co