Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan. Namun, riset di bidang kelautan di Indonesia masih rendah. Menurut Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad, usai menghadiri Seminar Nasional Kelautan di Aula Timur Institut Teknologi Bandung (ITB) Jalan Ganeca, Bandung, Kamis 1 November, kondisi ini menghawatirkan, mengingat Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas.
Sudirman menyebut, riset kelautan di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan riset tentang angkasa. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain, riset kelautan di Indonesia kalah maju. "Saat ini Jepang menjadi negara yang riset kelautannya paling maju," ujarnya.
Padahal, kata Sudirman, riset kelautan bisa membantu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam. Misalnya untuk mendeteksi gempa bumi, tsunami, atau yang baru-baru ini badai Sandy yang melanda New York, Amerika Serikat. "Dengan adanya berbagai kejadian alam, riset kelautan menjadi soroton semua pihak khususnya untuk mengantisipasi bencana," terangnya.
Riset kelautan juga bisa makin meningkatkan kualitas hasil laut oleh para nelayan. Untuk itu, dia berharap rises kelautan makin ditingkatkan. Maka, KKP pun berupaya menambah anggaran penelitian atau riset untuk memaksimalkan potensi kelautan, khususnya bagi nelayan. Anggaran riset tahun ini hanya Rp300 miliar, rencananya tahun depan akan ditambah menjadi Rp600 miliar. "Nantinya hasil riset akan diaplikasikan, tidak dibiarkan. Untuk menambah gairah para periset khususnya dari kalangan kampus," terangnya.
www.antaranews.com