Indonesia sebagai negara kepulauan bisa diharapkan menjadi negara maritim yang tangguh, yang pernah ditandai kejayaan kemaritiman pada masa Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Namun, saat ini Indonesia seolah lupa dan mengabaikan begitu kuatnya sejarah maritim masa lalu, demikian diakui mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutjipto pada diskusi Bentang Bahari Baharu, yang diadakan Indonesia Maritime Institute (IMI) di Jakarta, semalam (13/2).
Dalam siaran pers IMI, Rabu, Sutjipto mengatakan, kejayaan maritim tidak lepas dari Kerajaan Majapahit. Menurut ia, setelah mahapatih Majapahit Gajah Mada wafat, praktis kejayaan maritime Nusantara selesai. "Untuk mengembalikan itu semua butuh ratusan tahun. Dan saya melihat kita mengabaikan kemaritiman. Apapun gerakannya baik kecil maupun besar, forum-forum atau komunitas untuk membangun negara maritim harus dihidupkan kembali dan harus kembali bergaung," kata pria yang murah senyum ini, sambil memberikan dukungan kepada sebuah gerakan, atau forum diskusi untuk menganggas kembalinya Indonesia menjadi negara maritim.
Sutjipto mengakui, ada kesulitan untuk mengubah pola pikir (maindseet) sebagain masyarakat Indonesia saat ini. Meski secara lingkungan dan geografik, Indonesia adalah negara maritim, tapi keinginan para pemimpin belum begitu kuat. "Bahkan, Indonesia lebih bangga disebut sebagai negara agraris dan mendeklarasikan sebagai negara agraris," katanya seraya menambahkan belum ada kerangka yang jelas untuk menuju maritim, tapi dirinya optimistis Indonesia bisa menjadi negara maritim yang kuat.
Ditempat yang sama Manajer Riset LPM UI, Lily Tjahjandari,PhD mengatakan bahwa aspek budaya maritim bisa dilihat dari kapital budaya maritim, keragaman budaya, nilai-nilai dan falsafah, mata pencaharian, sistem religi. Dia menambahkan konsep negara bahari saat ini sudah direduksi sedemikian rupa oleh hegemoni kekuasaan. "Kekuasan kolonial Belanda waktu itu yang mencipatkan pembatasan akan laut, karena Belanda ingin menguasi transportasi laut kita," katanya.
Sementara itu, Coastal Engineering Lab BPPT, Gegar Sapta Prasetyo, PhD mengatakan kebudayaan maritime banga ini tidak begitu kuat, itu bisa dilihat dari mental anak-anak muda Indonesia yang takut warna ombak laut. Menurut Gegar, untuk menuju negara bahari yang kuat, maka diperlukan sebuah pemahaman teknologi yang tinggi, misalnya, mengusai teknologi kelautan dan perikanan. "Syarat utama tentunya suka matematika dan fisika. Perlu manajemen perikanan yang kuat, bukan yang diterapkan manajemen menanam padi, yang dibiarkan akan langsung dipanen, karena ikan tidak begitu," ujarnya.
Direktur IMI, Y Paonganan menyatakan bahwa Indonesia harus berkaca pada sejarah kebudayaan maritim. "Saya pikir para pemimpin harus kembali belajar sejarah, agar tidak lupa, bahwa bangsa ini tercipta karena sejarah yang begitu kuat akan kemaritimannya," ujarnya.
www.antaranews.com